Kamis, 25 September 2014

Kulit Bia

Nama:              Milkha Selegani

Nim:                1313.1215.3

Fakultas:          Isipol

Jurusan:           Administrasi Negara

Materi Kuliah: Filsafat Budaya Mataram

Semester:         I

Universitas Widya Mataram Yogyakarta




BUDAYA SUKU MONI TENTANG KULIT BIA DI KABUPATEN INTAN JAYA, PROVINSI PAPUA



                                           Description: Description: F:\DCIM\101MSDCF\DSC01977.JPG  gambar kulit bia


Setiap Suku Bangsa di dunia pasti mempunyai budaya, bahasa, adat istiadat dan beranekaragam sukunya tersendiri. Provinsi Papua adalah salah satu Provinsi ufuk Timur di Indonesia yang perbatasan dengan Negara Papua Nugini. Provinsi papua sendiri terdiri dari 32 Kabupaten dan 1 kota. Salah satu dari antara 32 Kabupaten adalah Kabupaten Intan Jaya yang merupakan pemekaran dari kabupaten induk yaitu Kabupaten Paniai, Propinsi Papua.
Di Propinsi Papua terdiri dari 252 (dua ratus lima puluh dua) suku, bahasa serta beraneka ragam budaya yang berbeda baik dalam hal pesta perkawinan, pertukaran barang dengan barang (Barter) pesta pernikahan, maupun berdansa dan lain sebagainya.

Kabupaten Intan Intan Jaya terletak disekitar pengunungan tengah Papua, Pada khususnya Kabupaten Intan Jaya di diami oleh salah satu suku terbesar yaitu Suku Moni. Dalam kehidupan dari turun temurun salah satu adat atau benda yang senantiasa digunakan dalam tukar menukar barang dengan barang dan penyelesaikan masalah, maskawin serta membayar kepala atas terjadinya pembunuhan ataupun yang terjadi pada saat perang marga, suku dan lain –lain selalu menggunakan kulit kran yang disebut Kulit Bia. Kulit bia ini merupakan peninggalan pada zaman Prasejarah atau dari Nenekmoyang suku Moni itu sendiri.
Pranan kulit bia sering di identik dengan perkembangan zaman adalah politik praktis. Untuk lebih memahami lebih jauh melihat peranan kulit bia dalam penyelesaian beberapa dimensi Sejak dahulu hingga saat ini kulit bia masih dapat digunakan oleh suku Moni sebagai alat pembayaran maskawin dan lain lain. Kulit bia itu sendiri dapat dimanfaatkan oleh suku Moni untuk keperluan hidupnya. Kulit bia tidak hanya digunakan oleh suku Moni sebagai alat pembayaran alat kuno selain uang yang digunakan sebagai alat pembayaran alat modern.
Kulit bia yang dimaksud itu pun ada keterbatasannya. Dan dalam budaya orang Moni kulit bia itu sendiri ada tingkatan dan juga ada nama tersendiri. yakni nama-nama kulit bia itu yang lebih besar nilainya berbeda dengan kulit bia yang tak ada nilai sama sekali.

Nilai atau tingkatan kulit bia, mulai terhitung dari tidak ada harga hingga harganya yang tinggi diatas satu miliyar rupiah yang harganya satu Miliyar yaitu, dengan sebutan Mbuzu baga & Nangga baga, jumlah kulit bia tidak terhitung karena, setiap suku Moni masih memiliki kulit bia.
Sistem pembayaran dalam suku Moni selalu dipatokan dengan cara pembayaran ibu dari anak perempuan yang hendak mau diminta atau dituntut oleh pihak perempuan, berapa besar tingkatan tetap  ditentukan oleh pihak perempuan. Sehingga pihak laki-laki mau dan tidak mau harus memberikan / membayar apa yang menjadi tuntutan dari pihak perempuan.
Sistem maskawin di atas sudah dianggap menjadi ketentuan umum yang berlaku dalam kehidupan budaya suku Moni. Cara membayarnya
di sesuaikan dengan “tubuh manusia’ bukan beli manusianya tetapi cara membayarnya hampir mirip dengan tubuh manusia. Pertama yang harus dibayar adalah “Indo”. Kata lain Kebun atau istilahnya bayar kepala. Dan hitung bagian tubuh manusianya hingga lunas.
Tingkatan nilai kulit bia yang digunakan untuk membayar itu pun tergantung pada ketentuan dari pihak perempuan. Sampai saat ini dalam kehidupan suku Moni tingkat nilai kulit bia mencapai dua belas (12) tingkat. Dua belas tingkat sama dengan nilai uang Satu Miliyar, nilai yang paling terendah adalan harga 1.000 (seribu rupiah) dan lainnya dapat disesuaikan dengan ketentuan dan kesepakatan.
Orang Moni yang memiliki kulit bia banya,k mudah sekali menindas atau melemahkan dengan cara monopoli kekayaan orang lemah dengan janji-janji palsu. Jika janjinya tidak terpenuhi berarti terjadi perang dengan orang yang pernah membuat perjanjian palsu untuk menganti rugi. Jika hal tersebut tidak terpenuhi berarti muncul perang. Perang adalah salah satu cara yang paling terbaik untuk mencari solusi untuk menyelesaikannya bagi suku Moni sejak dulu.  Namun, setelah Injil dan Pemerintah masuk sudah tidak terjadi demikian.
Orang Moni mengangap kulit bia sebagai kebun (Indo). Kulit bia sebagai kebun dan dianggap sebagai alat transaksi dalam perdangan termasuk pembayaran maskawin. Orang yang memiliki kulit bia sebagai salah satu benda budaya yang dapat mengerakkan orang Moni untuk berjuang dan bersaing mengumpulkan uang sebagai harta kekayan. Kulit bia digunakan dalam berbagai kesempatan untuk transaksi dan bisa pula usaha barter.
Orang Moni yang memiliki kulit bia banyak, banyak sekali menindas kaum lemah dengan cara monopoli kekayaan orang lemah dengan janji-janji palsu. Jika janjinya tidak terpenuhi berarti terjadi perang dengan orang yang pernah membuat perjanjian palsu untuk menganti rugi.
Refrensi:
1.      Milkha Selegani. Budaya membayar maskawin melalui kulit bia dan cara pandang serta peran (sonowi) orang kaya / Big man dalam adat suku Moni melalui transaksi dengan kulit bia.
Membuka misteri tabir tentang budaya dan adat suku Moni

musik dan Lagu adalah setiap ungkapan perasaan manusia





I have a dream, a song to sing
To help me cope with anything
If you see the wonder of a fairy tale
You can take the future even if you fail
I believe in angels
Something good in everything I see
I believe in angels
When I know the time is right for me
I’ll cross the stream – I have a dream

I have a dream, a fantasy
To help me through reality
And my destination makes it worth the while
Pushing through the darkness still another mile
I believe in angels
Something good in everything I see
I believe in angels
When I know the time is right for me
I’ll cross the stream – I have a dream
I’ll cross the stream – I have a dream

I hae a dream, a song to sing
To help me cope with anything
If you see the wonder of a fairy tale
You can take the future even if you fail
I believe in angels
Something good in everything I see
I believe in angels
When I know the time is right for me
I’ll cross the stream – I have a dream
I’ll cross the stream – I have a dream

Rabu, 24 September 2014

Arti nama papua/ sejarah asal Nama Papua

Arti nama papua berasal dari bahasa penduduk asli bumi candrawasi. Yang dahulunya bernama Nuu Waar yaitu 2 bahasa:
1. Bahasa irarutu dari kerajaan kaimana yakni Nuu Eva = yang berarti sinar, pancaran / cahaya. Waar = berarti mengaku /menyimpan rahasia.
2. Bahasa onoim (patipi)= yang berarti cahaya, sedangkan Waar = Berarti perut besar yang keluar dari perut ibu.
jadi, nama Nu Waar artinya: negeri yang mengaku, menyimpan, atau memikul rahasia.
kemudian pergantian nama Nuu Waar menjadi Papua sejak 1214 Masehi.
arti papua diambil dari beberapa bahasa setempat Yaitu: Hitam dan Kriting.

Oleh: Milkha Selegani