MAKALAH LAPORAN HASIL KUESIONER DI
PANTAI KWARU, DUSUN PANDAN MINON, DESA SRANDAKAN, KABUPATEN BANTUL, PROVINSI
YOGYAKARTA.
MATA KULIAH TEORI ISU DAN
PEMBANGUNAN
Dosen Penempuh : Oktiva Anggraini,
S.Sip.,M.Si
Di susun oleh :
Milkha
Selegani
1313.1215.3
1313.1215.3
FAKULTAS SOSPOL
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI NEGARA
UNIVERSITAS
WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
2014
SEJARAH
PERKEMBANGAN PANTAI KWARU
Awal mula terbentuknya nelayan di pantai Kwaru
terdapat seorang nelayan dari desa pandan minon ingin melaut
di pantai kwaru ini dan nelayan tersebut mengajak para dusun disekitar pantai
kwaru untuk menjadi nelayan. Pada tahun 1994 para warga yang setuju kemudian mengajukan permohonan di dinas provinsi dan hingga pada tahun ini
terbentuk kelompok nelayan yang terdiri dari 25 orang dari beberapa dusun. Pada
tahun 1996 dinas provinsi memberikan bantuan berupa kapal 1. Sebelum mereka
mendapatkan prahu, para nelayan tersebut belajar melaut di daerah pantai
sadreng dan pantai baron. Awal melakukan pencarian ikan para nelayan tersebut
merasa takut. Untuk pertamakalinya dengan
kapal tersebut nelayan sekitar mendapat tangkapan 3,5 kwintal. yang
kemudian di ekspor di daerah cilacap dan Surabaya. Di daerah Cilacap import
ikan bawal dari nelayan pantai kwaru dan daerah Surabaya import ikan layer dari
dusun pantai kwaru. Dari perkembangan itu membuat para investor datang untuk
mendanai perlengkapan yang diinginkan nelayan.
Pada
tahun 1996 prahu di dusun kwaru poncasan berkembang dari 1 prahu hingga menjadi 7 prahu.
Pada tahun 1997 nelayan memisahkan
diri dan mengembangkan di dusun
masing-masing. Pada tahun 1998 para nelayan pajanarum sama-sama mengembangkan
usaha nelayan tersebut .
Pada
tahun 2000 prahu bertambah banyak dari 7 prahu menjadi 24 prahu yang digunakan
untuk berlayar. Para nelayan tersebut selain melaut juga membudidayakan udang
cemar. pada tahun 2005 s/d 2006 pantai kwaru terdapat pengunjung dan saat itu
pantai kwaru banyak pengunjungnya. Setelah terdapat pengunjung para nelayan
banyak yang mengambil profesi menjadi penjajakan karena para nelayan tersebut
ingin menyuguhkan para wisatawan yang datang. Pada tahun 2009 s/d 2010 pantai kwaru
mengalami puncak masuknya para wisatawan atau pengunjung datang. Jumlah
pengunjung sampai ribuan bahkan selalu bertambah terus menerus.
Pada
tahun 2012 s/d 2013
adanya bencana dipesisir pantai yang mengalami abrasi terus menerus dari tahun
ketahun yang dikirakan telah terjadi 130 meter mengalami abrasi. Pada saat itu
juga para penguduk di dusun kwaru poncasan berjualan dan menerima pengunjung
dengan keadaan seadanya. Saat abrasi datang para nelayan bersemangat untuk
mencari penghasilan lain dari luar hasil laut karena mereka terdorong untuk
mengikuti jejak salah satu warga berhasil sukses dengan mengembangkan hasil
udang panema. Sampai sekarang para nelayan ada yang diuntungkan dan dirugikan
dari hasil 2 tambak ikan di pantai kwaru. Penambakaan ikan dilakukan oleh 100
orang nelayan. Para nelayan ini melaut pada bulan oktober sampai april karena
mengalami musim pengujan sedangkan pada bulan april sampai oktober para nelayan
berpindah profesi ke perdagangan karena pada bulan tersebut mengalami musim
kemarau yang mengakibatkan hasil laut menurun. Harapan nelayan di dusun kwaru
poncasan ingin maju kembali dan berkembang tetapi tidak ingin melupakan
pekerjaan nelayan selain itu para nelayan ingin menambah prahu lagi supaya tangkapan hasil lautnya makin banyak.
para
nelayan tersebut menangkap ikan pari, hiu, tongkol, kakap, dan udang paname.
Sampai sekarang jumlah nelayan berjumlah 50 orang nelayannya saja jika dengan
yang mendorong prahu 70 orang warga, saat belayar 1 prahu diisikan 3 orang nelayan. Hasil perdagang makanan disana para
masyarakat mendatangkan hasil laut seperti kerang,cumi dan ikan cakalang dari
semarang .
Selain
pekerjaan adanya kelompok nelayan di dusun poncasan mengadakan arisan yang
telah berdiri beberapa tahun yang lalu hanya saja mendapat kendala dalam
kurangnya simpan pinjam yang mengalami
kemacetan dari 40/4 juta menjadi 200/50 juta dimasyarakat semua. Para
masyarakat melakukan nyicil arisan kemudian meminjam lagi sudah dilakukan selama
7 sampai 8 tahun.
I IDENTITAS RESPONDEN
Berdasarkan
data primer yang diolah sesuai dengan sebaran kuesioner pada hari sabtu, 15
November 2014 di Pantai Kwaru, Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul, Provinsi
Yogyakarta. Masing-masing kelompok terdiri dari dua orang, untuk bertanya jawab
pada para nelayan di Srandakan, Kabupaten Bantul.
Dari data yang saya dan teman
saya ambil. Kami mengambil data sebagai berikut:
Menurut Perbawa Agung (24)
berprofesi sebagai Administrator, etnis jawa, Beragama Muslim, menetap di
desa/kelurahan Srandakan, Kabupaten Bantul, pendidikan terakhirnya Lulusan S1.
Lamanya beliau menetap baru satu tahun. Bekerja sebagai nelayan dengan jumlah
anggota keluarga yang terdiri dari dirinya sendiri dan kakaknya yang sudah
berkeluarga. Berhubung beliau ini belum menikah jadi masih dianggap sebagai
anak atau Ipar. Penghasilannya lebih dari 3 juta/bulannya.
II Pemetaan Modal Sosial
a.
Ketersediaan kelompok dan jejaring kerja
Berdasarkan keberadaan kelompok
di daerah Mas Prabawa Agung dan anggota-anggotanyanya dalam kelompok serta
tingkat partisipasinya dengan nama kelompoknya yaitu Kelompok Profesi. Jumlah
keluarga yang menjadi anggota dari kelompok ini sepuluh, dengan tingkat
partisipasi aktif.
Jika dalam perbandingan dengan
lima tahun lalu berhubung beliau ini baru satu tahun di desa ini jadi sebut
saja belum mengambil bagian dalam kelompok profesinya ini. Dari keseluruhan
kelompok dimana beliau ini menjadi anggota, kelompok yang paling besar
peranannya bagi kelangsungan keluarganya yaitu kelompok kepala usaha. Dalam
satu tahun terakhir, beliau ini telah mengikuti kegiatan dalam kelompok profesi
ini setiap satu bulan sekali, misalnya pertemuan-pertemuan yang diselenggarakan
kelompok atau melakukan pekerjaan bersama kelompok. Dengan cara sukarela hingga beliau ini
menjadi anggota dari kelompok ini. Jumlah uang yang telah di sumbangkannya
dalam satu tahun terkhir ini sudah sekitar sepuluh jutaan (Rp. 10.000.000). Bekerja
untuk kelompok ini beliau selama satu tahun terkhir setiap jam 8-4 sore tiap
harinya. Manfaat yang paling besar yang beliau peroleh dengan ikut serta dalam
kelompok ini adalah no 1 dan 3 (dalam data Kuesoner). Anggota-anggota yang
memiliki kesamaan yang tinggal di lingkungan pemukiman yang sama tidak juga justru dari luar dusun pun
ikut dalam kelompok ini dan memiliki etnis, bahasa, ras, suku, ya.
Anggota kelompok yang lain juga ya memiliki tingkatan pendapatan yang sama.
Jika dilihat dari lima tahun trakhir ini menurut Perbawa Agung semakin
berkurang, kelompok yang di ikutinya ini ikut bekerjasama dengan kelompok lain
dari luar lingkungan komunitas ini untuk mencapai tujuan bersama. Sumber dana
yang utama bagi kelompok itu dengan melakukan iuran. Kelompok yang paling
banyak masukan berupa pertimbanga atau perluasan keahlian dari sesama anggota
dan tambahan dari dinas. Pada mulanya terbentuk kelompok ini dari komunitas
sendiri.
b.
Kepercayaan dan Solidaritas
Secara
umum menurut Perbawa Agung orang disekitarnya sebagian besar dapat dipercaya
karena baginya mereka telah menjadi keluarga. Sangat setuju jika sebagian
orang yang bermukim di lingkungan
permukiman sekitar dapat dipercaya. Setuju, jika harus waspada dalam hal bergaul
dengan orang-orang di lingkungan permukiman agar tidak di manfaatkan oleh orang
lain. Tidak setuju, jika sebagian besar orang di lingkungan permukiman bersedia
menolong jikia diperlukan. Setuju, jika di lingkungan, orang-orang tidak saling
percaya dalam hal pinjam-meminjam uang. Orang-orang dilingkungan permukiman
bersedia saling membantu/gotongroyong selalu, dalam bentuk tenaga.
A. Aksi kolektif dan kerjasama
Orang
yang tidak berpartisipasi dalam kegiatan komunitas kadang dikritik atau
diberikan sanksi tapi karena hal ini sangat jarang terjadi. Sebagian besar yang
terlibat ikut berpartisipasi baik dalam betuk tenaga dan uang untuk mendukung
kegiatan pembangunan demi kepentingan bersama misalnya untuk memperbaiki jalan
atau gedung serbaguna. Jika ada bantuan dari pemerintah atau dari masyarakat luar
yang membantu kemajuan wilayah pendistribusiannya selalu dirembug bersama antar
warga dan pengurus.
B. Kohesi dan inklusivitas sosial
Kebersamaan
atau solidaritas di antara warga tinggi. Jenis perbedaan yang paling sering
menimbulkan permasalahan di lingkungan permukiman yaitu perbedaan dalam hal
kepemilikan tanah dan aturan daerah. Perbedaan tersebut pernah meimbulkan
konflik tetapi tidak sampai berlarut-larut. Dibadingkan dengan lima tahun yang
lalu tingkat perilaku kekerasan di lingkungan permukiman sangat meningkat.
PEMANFAATAN MODAL SOSIAL DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN
A. Perluasan Akses Ekonomi
Kelompok
ini membantu Perbawa Agung dan memperoleh pelayanan ekonomi dalam bentuk
fasilitas simpan pinjam ada, tabungan tidak ada, kesehatan tidak ada, transfer
tekhnologi ada, irigasi ada, bahan baku ada, pekerjaan ada, pemasaran ada. Sumber
utama untuk memperoleh informasi perdagangan adalah keluarga, teman dan
tetangga, kemudian melalui surat kabar, serta melaui televisi. Jika memerlukan
barang tapi sedang tidak memiliki uang maka meminta bantuan pada tetangga yang
penting salaing percaya tanpa sistem barter.
B. Perluasan akses aktualisasi diri
Proses
pengambilan berlansung dalam kelompok sebagai berikut: keputusan diambil oleh
pimpinan lalu diberitahu pada anggota sering, pimpinan bertanya pada anggota,
kemudian memutuskan kadang-kadang, anggota berdiskusi dan mengambil keputusan
bersama sering, ada intervensi dari pihak luar tidak pernah.
Proses menentukan pimpinan
dalam kelompok, dalam kelompok warga/arisan proses pengambilan keputusan
diambil oleh pimpinan sering, ditentukan oleh kelompok kecil sering, anggota
berdiskusi dan mengambil keputusan bersama-samasering, intervensi dari pihak luar
tidak ada. Secara umum, efektifitas kepemimoinan dalam kelompok biasa saja atau
netral. Pengabilan keputusan dalam rumah tangga atau keluarga keputusan diambil
oleh suami (kakak ipar) sering, diskusi atau ditentukan bersama suami (kakak
ipar) sangat sering, tidak intervensi dari luar.
Pengajuan kredit atau
pinjaman/bantuan sebagai berikut: keputusan diambil suami (kakak ipar) sering,
ditentukan dan didiskusikan bersama suami (kakak ipar) tidak pernah, apalagi
intervensi dari pihak luar tidak pernah ada. Jika aktif dalam kelompok kakak
ipar mendukung tidak pernah, dalam membantu tugas rumah tangga tidak pernah,
dan tidak ada anggota lain dari luar yang ikut ambil bagian dalam membantu
tugas rumah tangga karena semuanya sibuk dengan tugasnya masing-masing.